Valentine Day dan Pemaknaan-pemaknaan Kita yang Rentan
Perempuan itu bernama luka. Lahir dari rahim yang terkoyak. Dibesarkan oleh trauma masalalu. Membawa dendam tak berujung, menuju kematian. Mati adalah satu-satunya hal pasti yang diketahuinya. Sebab, ia hidup dalam ketidakpastian.
Namun, beberapa kali percobaan bunuh dirinya digagalkan oleh rasa takut. Takut kalau-kalau suaminya melihatnya. Takut kalau-kalau suaminya melaporkannya pada orangtuanya. Ia takut dipukuli oleh orang-orang yang ia kasihi.
Di mana pun ia pergi, pertengkaran selalu ada dalam pikirannya. Di dunia nyata, itu adalah jelmaan suaminya, jelmaan keluarganya. Semua berakhir dalam rupa tangis, bukan jeruji. Sebab, ia masih terlalu sayang pada mereka yang telah memberi keluarganya 27 ekor kuda dan 13 ekor kerbau, belum termasuk kain dan segala perhiasan lainnya yang keluarganya terima saat ia dibelis.
14 Februari, saat orang-orang merayakan hari kasih sayang, ia menjadi tenang. Sebab, dalam setahun, ada sehari ia mendapatkan perlakuan manis dari orang-orang yang ia sayangi. Ah, tidak. 25 Desember dan 1 Januari pun sama. Tiga hari itu, adalah hari paling menyenangkan dalam hidupnya. Namun, sekali lagi, mati adalah yang paling ia inginkan.
.
Perempuan itu bernama luka. Kali ini, ia merayakan valentine day dalam beranda-beranda media sosialnya. Namun, seperti biasa, Valentine day yang ia lihat telah menjelma menjadi pemaknaan simbolis saja sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang dilihatnya di dunia maya, nyaris berbalik 180 derajat dari yang ia lihat di kehidupan nyata.
Ada yang menonak cinta beda agama, tapi merayakan hari kasih sayang. Ada yang membenci LGBT, tapi percaya bahwa karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, Ia mengutus putra-Nya lahir ke dunia ini untuk menebus dosa. Ada yang menuntut untuk mencintai Tuhan berdasarkan cara tertentu yang dibentuk oleh agama, sedangkan ia percaya, bahwa cinta adalah bentuk kasih paling universal yang dimiliki semua orang termasuk untuk diberikan kepada Tuhan. Dan masih banyak lagi tontonan-tontonan semu yang muncul sekali sehari pada hari-hari tertentu.
Benar kata orang-orang, sejak Tuhan dibawa ke gedung-gedung nan megah itu, ia kemudian tak ada lagi pada padang-padang terbuka, pada sungai-sungai yang mengalir dan pada tempat-tempat yang dengan mudahnya kita temui. Barangkali, ia juga hanya mencintai mereka yang rajin ke gedung-gedung tinggi nan mewah itu, daripada kepada orang miskin, korban pemerkosaan dan lain sebagainya yang hidup dalam trauma.
"Pada bulan ke dua, pada hari ke empat belas ...," ada juga yang mengutip ayat-ayat seperti pada penggalan kitab Bilangan 9:11 itu. Bagaimana jadinya bila kalender Julian tidak berganti menjadi kalender Gregorian? Tidak. Pertanyaan kita ubah saja; bagaimana jika 14 Februari tidak ditetapkan oleh Paus Gelasius untuk mengenang Valentinus yang dihukum mati kaisar Cladius II pada 270 Masehi?
Di negara-negara Eropa, kalender Gregorian mulai dikenalkan pada tahun 1582 dan seterusnya berkembang ataupun dibawakan pada negara-negara jajahan. Di Indonesia sendiri, Kalender Gregorian secara resmi dipakai di seluruh Indonesia mulai tahun 1910 dengan berlakunya "Wet op het Nederlandsch Onderdaanschap," hukum yang menyeragamkan seluruh rakyat Hindia Belanda.
"Lalu, apa jadinya bila tak ada hari kasih sayang?"
Perempuan itu masih meramu pertanyaan demi pertanyaan dalam benaknya. Sementara itu, imajinasinya akan hari orang-orang berkasih, tidak boleh dibatasi hari-hari tertentu terus ia pikirkan. Sebab, baginya, memaknai hari kasih sayang sesungguhnya tidak sesempit ajang ceremonial, seperti tukaran kado, memberikan coklat atau bunga-bunga pada orang yang disayang, lalu dipertontonkan agar orang-orang tahu bahwa kita sedang berkasih hingga akhirnya menciptakan romantisme semu. Padahal, bila mau menunjukkan kasih dan sayangmu, kau bisa lakukan itu setiap hari. Bila mau menunjukkan cinta pada orang yang kau sayangi, kau tak harus menunggu tanggal 14 Februari untuk membelikan coklat atau sekadar memberikan kado.
"Tepat dalam situasi seperti itu, kau masih mau merayakan hari kasih sayang? Kasih dan sayang seperti apalagi yang kau dambakan?"
Dalam dukanya, perempuan itu masih berharap, valentine day bukan a fallen day yang membuatnya jatuh, berlinang air mata setiap hari.
.
Waingapu, 14 Februari 2020-2023
Comments
Post a Comment