Jika Uang Bukan Segalanya, Mengapa Segalanya Butuh Uang?



Mari kita buka obrolan monoton kita dengan sepotong quote dari Arthur Schopenhauer, "uang adalah kebahagiaan manusia secara abstrak," untuk menjelaskan betapa saya yang tulis ini tidak bisa mendefinisikan kata uang, selain sebagai nilai tukar. Kalau ada yang bilang, "uang adalah alat, bukan tujuan. Uang dapat membantu kita memenuhi kebutuhan dan keinginan kita, tetapi uang tidak dapat memberi kita kebahagiaan dan makna hidup," percayalah, mereka-mereka itu adalah orang yang membutuhkan uang yang banyak, namun tidak kesampaian.

Memang, uang adalah sarana, bukan akhir. Namun, makhluk aritmatika irasional bernama manusia, sangat membutuhkan uang; untuk makan, untuk sekolah, untuk berbelanja, untuk hidup. Segala sesuatu butuh uang, bukan? Termasuk bila kau mencintai dia dengan segala rayuanmu, "jika mencintaimu adalah dosa, maka izinkanlah aku berdosa selamanya," juga butuh uang. Sebab, kau tidak bisa makan itu cinta. 

Salah satu teori yang dapat menjelaskan mengapa segalanya butuh uang adalah teori kebutuhan manusia. Teori ini dikemukakan oleh berbagai ahli, seperti Abraham Maslow, Clayton Alderfer, dan David McClelland, yang entah siapa mereka-mereka ini, yang jelas, saya menemukan nama mereka di google, lalu copy, kemudian paste, dan, selesai. Iya, sesimpel itu ketika kita mudahkan teknologi.

Teori ini menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai dari kebutuhan fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, hingga aktualisasi diri. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini, manusia memerlukan berbagai barang dan jasa, yang dapat diperoleh dengan menggunakan uang sebagai alat tukar. 

Alat tukar adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk menukar barang atau jasa dengan orang lain. Sejarah alat tukar dimulai dari sistem barter, yaitu pertukaran langsung antara barang dengan barang. Sistem ini memiliki banyak kelemahan, seperti kesulitan menentukan nilai barang, mencari orang yang mau menukar, dan menyimpan barang yang mudah rusak. Oleh karena itu, manusia mulai mencari alat tukar yang lebih praktis dan baku, seperti hewan ternak, garam, biji-bijian, kerang, logam, kain, dan sebagainya.

Penemu alat tukar pertama kali di dunia adalah bangsa Lydia, yang hidup di wilayah Turki pada abad ke-6 sebelum Masehi. Mereka menciptakan uang logam dari campuran emas dan perak yang disebut elektrum. Uang logam ini memiliki bentuk bulat lonjong seperti kacang polong dan memiliki berat dan nilai yang baku. Uang logam ini kemudian digunakan oleh bangsa Yunani, Romawi, dan Persia sebagai alat tukar yang efisien dan mudah dibawa.

Uang juga dapat mempengaruhi motivasi, prestasi, dan kepuasan manusia dalam bekerja dan hidup. Itulah sebabnya, bila kau bertemu dengan orang-orang yang berbicara tentang kesetaraan, kesamaan hak, ia, belum tentu menyamakan uang diperolehnya dengan yang kamu peroleh, eh🙈

Jika uang bukan segalanya, mengapa segalanya butuh uang? Pertanyaan ini tidak memiliki jawaban yang pasti dan objektif, karena setiap orang mungkin memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda tentang uang. Namun, saya akan memberikan beberapa kemungkinan jawaban dari sudut pandang yang berbeda.

Dari sudut pandang ekonomi, misalnya. Uang adalah alat tukar yang memudahkan transaksi dan pertukaran barang dan jasa di pasar. Uang juga berfungsi sebagai satuan hitung, penyimpan nilai, dan standar pembayaran. Dengan uang, manusia dapat membeli dan menjual barang dan jasa yang mereka butuhkan dan inginkan, tanpa harus mengandalkan sistem barter yang tidak efisien dan tidak praktis. Uang juga dapat digunakan untuk menabung, berinvestasi, dan membayar utang. Oleh karena itu, uang dibutuhkan oleh segalanya yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi .

Begitu juga bila membicarakan uang dari sudut pandang psikologi. Uang adalah simbol dari berbagai hal, seperti status, kekuasaan, prestasi, kebebasan, keamanan, dan kebahagiaan. Uang dapat mempengaruhi perilaku, emosi, dan kognisi manusia, baik secara positif maupun negatif. Uang dapat memberi rasa percaya diri, puas, dan bahagia, tetapi juga dapat menimbulkan rasa cemas, iri, dan tidak puas. Uang juga dapat memotivasi manusia untuk bekerja keras, berprestasi, dan berkreativitas, tetapi juga dapat membuat manusia menjadi rakus, korup, dan materialistis. Oleh karena itu, uang dibutuhkan oleh segalanya yang berhubungan dengan kehidupan psikologis manusia.

Demikian juga bila kita melihatnya dari sudut pandang sosial. Uang adalah alat yang mempengaruhi hubungan antara manusia. Uang dapat membangun atau merusak hubungan, tergantung pada bagaimana manusia menggunakan dan membagi uang. Uang dapat menciptakan kerjasama, solidaritas, dan keadilan, tetapi juga dapat menimbulkan konflik, diskriminasi, dan ketidakadilan. Uang juga dapat menentukan status sosial, peran, dan identitas manusia dalam masyarakat. Uang dapat membuat manusia dihormati, dikagumi, dan dicintai, tetapi juga dapat membuat manusia dihina, diabaikan, dan dibenci. Oleh karena itu, uang dibutuhkan oleh segalanya yang berhubungan dengan kehidupan sosial manusia.

Lalu, mengapa segalanya butuh uang?

Nah, bila ada pertanyaan seperti ini, saya tidak akan meminjam quote seorang jurnalis inggris, Anthony Sampson yang mengatakan bahwa uang adalah kekuasaan dan kemakmuran, pada saat yang sama menyederhanakan dan menghambat hidup berdampingan, dan mengendalikan masyarakat dengan kuat. Pun tidak akan menggunakan kata-kata sastrawan Rusia, Leo Tolstoy, bahwa uang adalah bentuk baru perbudakan dan mengerikan. Saya lebih tertarik untuk menjawabnya dengan sebuah quote dua kata, yang sering saya temukan di bak penutup belakang truk, karena "UANG SEMUA."

Comments

Popular posts from this blog

Buah Nahu, tapi Bukan Buah Sekarang

Menggali Akar Kekerasan Seksual di Waingapu: Normalisasi Konten Seksis di Media Sosial sebagai Pemicu yang Terabaikan?

NATAL TANPAMU (MAMA PAPA)