Parfum Perempuan
Pagi tadi, saya melihat teman kerja saya mengeluarkan parfum dari tasnya. Lalu, saya berinisiatif untuk memintanya. "Minta dulu saya pakai," kata saya. Tahu apa jawabannya? Tentu saja, ia berkata, "ini parfum perempuan, kk." Saya yang datang tanpa menggunakan parfum sejak lama, tetap kekeh memintanya. Semprotan pertama, rupanya harum juga. Dua, tiga, empat saya kira, saya menyemprotkan parfum itu sampai tujuh kali, seperti nomornya CR7.
Setelah saya memakai parfum itu, saya lalu bertanya-tanya dalam hati, benarkah ini parfum perempuan? Apakah parfum benar-benar memiliki jenis kelamin? Ataukah ini hanya hasil dari konstruksi sosial yang dibentuk oleh industri dan media? Waktu membalas jawaban teman saya itu tadi, sih, saya bilangnya begini, "tidak ada jenis kelaminnya ini parfum."
Menurut teori feminisme, parfum tidak memiliki jenis kelamin secara inheren, melainkan dipengaruhi oleh norma-norma gender yang ada di masyarakat. Gender adalah peran dan karakteristik yang dianggap sesuai dengan laki-laki atau perempuan, yang berbeda dengan seks yang merupakan karakteristik biologis. Sengaja saya sebutkan (lagi) gender berbeda dengan sex, karena beberapa yang saya temui dalam diskusi-diskusi singkat, mengatakan bahwa gender dan sex adalah sama. Padahal, gender bersifat dinamis dan bervariasi di berbagai budaya dan waktu. Salah satu contoh perbedaan gender adalah preferensi aroma parfum.
Industri parfum dan media sering mempromosikan parfum dengan aroma tertentu untuk laki-laki atau perempuan, misalnya aroma maskulin, tajam, atau segar untuk laki-laki, dan aroma feminin, manis, atau bunga untuk perempuan. Hal ini menciptakan stereotip dan ekspektasi yang membatasi pilihan dan ekspresi diri individu. Padahal, aroma parfum adalah hal yang subjektif dan personal, yang tidak harus terikat dengan jenis kelamin. Sederhananya, parfum tidak berjenis kelamin.
Teori feminisme menolak pembagian parfum berdasarkan jenis kelamin, karena hal ini merupakan bentuk diskriminasi dan penindasan terhadap perempuan. Feminisme adalah gerakan dan ideologi untuk mencapai kesetaraan gender dan memperjuangkan hak-hak perempuan. Feminisme mengkritik budaya patriarki yang menganggap kedudukan laki-laki lebih tinggi, sehingga perempuan selalu dinomor duakan. Budaya patriarki juga memaksakan standar kecantikan dan femininitas yang sempit dan tidak realistis kepada perempuan.
Oleh karena itu, feminisme mengajak kita untuk membebaskan diri dari keterbatasan gender dan menikmati parfum sesuai dengan selera dan kepribadian kita, tanpa memperhatikan label jenis kelamin yang diberikan oleh industri dan media. Parfum adalah salah satu cara untuk mengekspresikan diri dan meningkatkan rasa percaya diri. Tidak ada parfum yang benar atau salah, yang ada adalah parfum yang cocok atau tidak cocok dengan kita. Seperti saya, kapanpun dan di manapun, ketika menemukan parfum dan saya suka, saya akan bilang, "minta parfum dulu." Karena yang terpenting, wangi dulu. Suka dulu. Preferensi pribadi dulu. Baru kemudian memikirkan orang lain lain suka atau tidak.
Comments
Post a Comment