Posts

Kakek Membaca Cerita Rakyat Sumba

Image
"I Rambu Kahi Kapuala," kata kakek saat membaca satu judul cerita rakyat Sumba dari bukunya bapa dosen, Retang Wohangara. "Nggarra wanna ka na kapuala, bhoku?"¹ "Bhe ma-pongu dhuya ni. Ma-pongu nda lu-langa ya."² Hari masih teramat pagi, saat saya menawarkan untuk membaca buku yang baru saja saya peroleh beberapa waktu lalu. "Ninya na mbuku na ma pa-hillu humbangu, bhoku,"³ kata saya saat kakek dan saya menikmati secangkir minuman penghangat berupa kopi dan teh untuk kami masing-masing. "Mbuhangu pa-mbaca ya?"⁴ Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya lalu pergi mengambil buku yang saya maksud. Segel pertama buku ini dibuka oleh kakek. Sebab, saat mengambil buku ini di SMP Katolik Anda Luri, hingga pagi tadi, saya belum ada waktu untuk membuka segel buku ini, lalu membaca isinya. "Ai ku-ngandi ayaka latti na kaca mata-nggu kangiau," sesal kakek saat menerima buku ini.  Waktu saya mengambil buku ini di ibu kepsek SMP An...

untuk S(aya)

Image
📷: Screenshot dipinjam dari seseorang  Ini tulisan panjang ke sekian yang berhasil kutulis untukmu. Sebuah tulisan yang cukup berumur panjang, sebab ia bertahan di sini, hingga kau baca. Entahlah, kau benar-benar membacanya atau hanya sekadar lewat di beranda media sosialmu. Ah, bukan. Di status WhatsApp yang kau sering skip. Aku masih ingat, beberapa waktu lalu, aku sempat membaca penggalan puisi yang pernah kau buat untukku. Kata-katanya sama persis dengan yang pernah terkirim lewat Short Message Service, kala jaringan seluler hanya mengizinkanmu berkirim pesan lewat SMS. Geser sedikit mati, kata orang-orang membuat akronim sembarang dari GSM, tapi tidak demikian dengan hp senter yang selalu penuh dengan signal hingga membuatmu sempat-sempatnya berkirim puisi. "Jika nanti temu kita untuk seteru, maka biarkan itu menjadi candu  Percakapan kita adalah sayap bagi kupu-kupu yang bermain di antara tembok bisu Kelak, saat kita menjadi asing di bibir kota  Jangan ...

Kemarin Bapak Berulang Tahun

Image
"Buah jatuh tak jauh dari pohonnya." Barangkali, pepatah di atas bisa menjadi awal yang baik untuk tulisan ini. Tentu saja, bila tidak cocok, saya akan memaksakannya untuk cocok-cocok saja. Sebab, itulah yang kemudian terbaca di sini, bukan? Saya mengutip pepatah itu lantaran menyaksikan perayaan ulang tahun bapak, yang, tentu saja bapak tidak tahu bahwa ia sedang berulang tahun. Setidaknya, sipit sedikit dengan saya, yang, tidak merayakan ulang tahun. Maka, benarlah pepatah itu, bukan? Pukul 21.35 kemarin, saya dan kakak saya merencanakan "perayaan kecil-kecilan" untuk ulangtahun Bapak. Rencana awalnya, adalah saya dengan kakak pertama, sebab semuanya dalam rumah tidak ada yang tahu, bahwa bapak sedang berulang tahun pada 15 Juli. Lalu saya disuruh memanggil mama. Dan, jadilah mama yang akan membawa kue ulangtahun untuk bapak.  "Ndappa pi-mbunya ba ulangtahun nggia,"¹ kata bapak. Ia sama sekali tidak tahu bahwa ia sedang berulang tahun. Singka...

Sayen dan Konflik Agraria di NTT

Image
Sebut saja judulnya demikian. Walaupun, isinya tidak akan membahas kata-kata setelah konjungsi 'dan'. Dan, ya. Saya bingung memulainya dari mana. Namun, karena hari ini hujan dan bulan Juni masih tinggal sebentar lagi berakhir, saya akan memulai tulisan ini begini: Hujan Bulan Juni benar-benar tiba hari ini. Ia datang sejak pukul empat telah menghabiskan setengahnya hingga pukul lima lebih sedikit. Cukup deras memang, tapi dirindukan oleh buciners karena provokasi opa Sapardi.  Sepeninggalan Hujan Bulan Juni, sore menjadi benar-benar sepi. Pun demikian dengan dingin yang menghantui. Belum lagi senja pukul lima kesayangan orang-orang tidak lagi menampakkan diri. Maka, ngopi saja tidak cukup bagi saya untuk menghangatkan diri dari cengkraman dingin. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk nonton.  Kemudian, pilihan saya jatuh pada film Sayen, sebuah film besutan sutradara, Alexander Witt yang merupakan film bergenre Action Thriller. Sayen berkisah tentang seorang gadi...

The Magician's Elephant

Image
"Believe is a great and invisible thing. It comes over us like sleep. We strungle along the edges, fighting it for reasons we can not name, until, as with sleep, we lose ourselves. We stoped and we restorated." ~ Fortune Teller Film animasi ini berkisah tentang Peter, seorang anak yatim-piatu, yang ditinggal mati oleh kedua orangtuanya saat terjadi perang. Ia kemudian dibesarkan oleh seorang prajurit veteran perang, Vilna Luts yang mengajari Peter cara bertahan hidup ala prajurit seperti dirinya.  Suatu hari, Peter disuruh pergi membeli ikan dengan uang hanya satu koin pemberian Vilna Luts. Namun, saat hendak membeli ikan kecil, uang koinnya jatuh. Dari sinilah awal mula Peter bertemu Fortune Teller, seorang peramal yang meramalkan bahwa saudari perempuannya Peter masih hidup. Di sini, konflik yang membawa Peter berpetualang muncul, selain konflik Peter dengan Vilna Luts, ayah angkatnya seorang prajurit veteran yang tidak mempercayai mimpinya. Pertanyaan Peter pad...

Mengapa Harus Kartini yang Dijadikan Hari Kartini?

Image
Dari sekian banyak pahlawan perempuan di republik ini, mengapa cuma Kartini yang dijadikan Hari Kartini? Bisa jadi, jawabannya adalah karena sosok Kartini, yang kita rayakan secara simbolis dengan status-status di media sosial itu disukai oleh kalangan penjajah kolonial Belanda. Berangkat dari hal itu, Kartini dijadikan contoh bagi perempuan pribumi agar pemikiran mereka menjadi sekuler sehingga sejalan dengan penjajah Belanda. Selain itu, sosok Kartini juga sangat dekat dengan kekuasaan. Katakanlah demikian, sebab, Menteri Kebudayaan, Agama dan Industri pemerintah kolonial Hindia Belanda yang sangat berpengaruh dalam menerapkan Politik Etis Belanda saat itu adalah sahabatnya. Dari persahabatan inilah Door Duisternis tot Licht atau Habis Gelap Terbitlah Terang (1911) yang adalah surat-surat (baca: diary?) Kartini, kemudian dikumpulkan, diedit lalu diterbitkan oleh Menteri Kebudayaan, Agama dan Industri pemerintah kolonial Hindia Belanda, J.H. Abendanon. Surat-surat priba...

Catatan Terakhir untuk Gigit

Image
Saya memang pemakan anjing. Namun, untuk anjing-anjing yang ada di rumah, tidak. Hipokrit? Iya. Sebab ini sudah mendarah daging. Bahkan, negara tidak bisa mengintervensi urusan 'yang dimakan' oleh warga negaranya.  Di tempat kami, umumnya memang pemakan anjing. Kecuali, bagi mereka yang memiliki alergi, vegetarian dan lain sebagainya. Saya, barangkali termasuk di 'dan lain sebagainya' ini. Makan ketika ingin, tidak makan karena begitu menyayangi. Persis seperti yang terjadi pada Gigit.  Hampir setahun yang lalu, barangkali, delapan bulan atau sembilan bulan yang lalu, Gigit datang ke rumah bersama satu ekor lainnya yang hilang diambil orang. Ia saya namai Gigit karena suka menggigit apa saja, entah itu ayam, kucing, kain tenun, bahkan manusia.  Waktu masih kecil, ia saya mandikan dengan shampoo yang biasa yang gunakan. Ya, walaupun setelah mandi, ia akan kotor kembali karena bermain di tanah. Setidaknya, kutu-kutunya hilang. Kalau malam, saat tidur, ia selal...