Catatan Terakhir untuk Gigit

Saya memang pemakan anjing. Namun, untuk anjing-anjing yang ada di rumah, tidak. Hipokrit? Iya. Sebab ini sudah mendarah daging. Bahkan, negara tidak bisa mengintervensi urusan 'yang dimakan' oleh warga negaranya. 

Di tempat kami, umumnya memang pemakan anjing. Kecuali, bagi mereka yang memiliki alergi, vegetarian dan lain sebagainya. Saya, barangkali termasuk di 'dan lain sebagainya' ini. Makan ketika ingin, tidak makan karena begitu menyayangi. Persis seperti yang terjadi pada Gigit. 

Hampir setahun yang lalu, barangkali, delapan bulan atau sembilan bulan yang lalu, Gigit datang ke rumah bersama satu ekor lainnya yang hilang diambil orang. Ia saya namai Gigit karena suka menggigit apa saja, entah itu ayam, kucing, kain tenun, bahkan manusia. 

Waktu masih kecil, ia saya mandikan dengan shampoo yang biasa yang gunakan. Ya, walaupun setelah mandi, ia akan kotor kembali karena bermain di tanah. Setidaknya, kutu-kutunya hilang. Kalau malam, saat tidur, ia selalu masuk di kamar. Tapi itu tidak berlangsung lama. Sebab, beranjak dewasa, ia sudah tidak mau dimandikan lagi. Konsekuensinya, ia tidur di luar. 

Oh iya, ini video terakhir yang saya ambil kemarin. Satu-satunya video yang tersisa, atau mungkin, yang akan bertahan lama sampai kartu memori saya rusak. Kemarin pula, adalah saat terakhir saya lihat Gigit, yang, bukannya menggigit, tapi malah digigit balik. Dengan demikian, berakhirlah segala cerita tentang Gigit. 

Gigit tidak lagi menggigit. Gigit tidak lagi bisa diajak bercanda untuk sekadar menggigit tangan-tangan saya. Gigit tidak bisa lagi saya candai kalau ia sedang tidur, lalu saya cubit ekornya agar ia menggigit tangan saya. Gigit tidak terlihat lagi. Gigit telah mati. Dimakan tuannya. 

Barangkali ini kehilangan paling hilang yang disengaja. Sebab, berharap peliharaan akan bertahan lama di tempat yang makan peliharaan sendiri adalah kesia-siaan. Ini tidak sama seperti saat kau jatuh cinta, yang ketika bertepuk sebelah tangan, ia yang kau cintai masih bisa kau lihat. Ini sakit.

Sejak kemarin, saat membuat video ini, sampai mendengar suara Gigit menjerit kesakitan, saya pergi sejauh mungkin hanya agar tidak terdengar lagi suaranya. Sebagai bentuk protes, sejak kemarin saya tidak makan. Persetan dengan semuanya. Hanya karena begitu menyayangi peliharaan, sehari dua hari tidak makan, tidak ada artinya. Sebab, tidak menggantikan kehilangan. 

Demikian tulisan ini dibuat, setelah saya benar-benar memaksakan diri untuk menulis ini. Untuk Gigit. 
.


Comments

Popular posts from this blog

Buah Nahu, tapi Bukan Buah Sekarang

Menggali Akar Kekerasan Seksual di Waingapu: Normalisasi Konten Seksis di Media Sosial sebagai Pemicu yang Terabaikan?

NATAL TANPAMU (MAMA PAPA)