Berasnisasi, Berasnya Langka, Siapa Cari Sensasi?
Sebagai seorang anak yang lahir, besar dan kemudian nantinya akan mati di era berasnisasi yang sudah mengakar sejak order baru, saya mendapat dogma turun-temurun bahwa makan apapun, belum lengkap tanpa makan nasi. Dan, ya, saya merasakan itu belum lengkap karena setelah makan apapun, rasanya ada yang kurang kalau tidak makan nasi.
Minggu kemarin, mama bilang, "ambu ta manahu dhuppa uhu. Manahu ha yiadha bha dha karara." (Jangan masak nasi dulu. Masak ini sukun saja). Ini lantaran beras persediaan kami sudah habis. Di toko-toko tempat biasa kami membeli beras, juga tidak ada. Ke pasar yang jaraknya kurang lebih 12 kilometer, pun sukar ditemukan.
Pak polisi di group X bilang, ini sudah berlangsung 1-2 Minggu yang lalu. Ya, Tuhan. Seasyik ini jawaban seorang politisi. Sudah berminggu-minggu, masih dibiarkan saja. Maka pantas saja, seseorang dalam akun facebooknya menuliskan status, tetaplah jadi pejabat walau tidak berguna. Sebuah tulisan yang tidak asing bagi saya selama di Bali.
Tapi ini di Sumba, bung! Yang apa-apa, kau beli dengan harga yang berselisih jauh. Kalau misalkan ada yang bilang daerah kita masih terbelakang, ya, wajar. Daerah kita miskin, ya, wajar. Wajar pula saya atau kita-kita yang lainnya terima dengan senang hati predikat miskin versi negara. Sebab, yang membuka akses tidak membuatnya jadi mudah. Bukan saja akses untuk makanan, tetapi juga pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya, mestinya sudah merata sejak merdeka 78 tahun yang lalu.
Sekonyong-konyong kau malah percaya bualan politisi. Mereka menyenangkan masyarakat dengan kesenangan semu, ikut tren viralnya lato-lato, beruntung Fajar Sadboy bukan orang sini, karena kalau tidak, ia bisa saja diundang untuk menyenangkan banyak orang, lalu lupa orang banyak kesulitan mencari beras, padahal uang ada. Kita kesulitan mencari beras di pulau yang punya salah lokasi food estate terbesar 🤔 Kan aneh saja, di pulau yang pernah dapat predikat terindah dunia, yang memiliki tetangga pemilik lahan food estate, eh, berasnya susah dicari.
"Tapi, kan, di pulau terindah dunia, juga ada tempat terkotor...,"
Ah, itu cuma masalalu, kok 😇
"Wulang nda hakuku, ndaung nda kawiak," kata tetua dulu. Ketika itu, semua menjadi langka, bahkan untuk makan susah. Apakah akan kembali lagi? Barangkali, ah, ini memang sukar diprediksi, apalagi ditoka-toka layaknya mereka di group X toka-toka sana sini memprediksi pasangan calon bupati dan wakil bupati meski pemilu masih setahun lebih lagi. Rupanya kelangkaan beras di Waingapu, tidak mampu merobohkan ego mereka.
Kita tunggu saja sampai, amit-amit, virus babi tidak sampai di Waingapu. Karena kabarnya, ia telah merebak lagi. Babi mati. Ayam mati. Manusia mati. Pada akhirnya kita adalah produk kematian yang menunggu giliran.
Akhir kata, semoga rapat darurat semalam, guna menyikapi kelangkaan beras, bisa memberikan secercah harapan. Sebab, kata ketua DPRD, "Kesimpulan Rapat malam ini, mulai besok akan dilakukan operasi pasar dan intervensi pasar dengan beras bulog dan beras milik Pemerintah dan minggu depan beras import Bulog akan masuk sebanyak 1000 ton." Semoga ini bisa membantu.
Comments
Post a Comment