Menjadi Waras itu Gila
Orang-orang berpikir bahwa aku adalah seorang pendiam. Mereka tidak tahu betapa berisiknya kata-kata yang bersemayam dalam pikiranku. Aku tahu, bahwa hidup di sekeliling orang-orang yang 'berisik' akan dicap berbeda ketika aku sendiri tidak suka bicara. Sebab, yang aku tahu, yang keluar dari kata-kata adalah kebohongan.
Mereka bilang, tidak baik bermain HP saat berbicara dengan orang lain. Sementara saat mereka bicara, mereka keasyikan mengepul asap yang keluar dari batang demi batang rokok. Mereka dengan percaya dan yakin bahwa kata-kata yang keluar dari mulut manisnya tidak sama buruknya dengan asap rokok yang mereka keluarkan.
Mereka bilang, tidak baik bila tidak menemui orang yang telah membantumu. Sementara yang membantu itu, sibuk mencitrakan diri baik di mata penguasa. Di mata orang-orang yang tidak tahu apa-apa, orang jenis itu adalah yang paling tulus yang hendak-akan membantu. Padahal, itu adalah tahi semua, demi terus menjilat pada yang kuasa.
Mereka bilang, tidak baik bila tidak menghargai orang, apalagi ia yang lebih tua darimu, pun juga pejabat. Sementara mereka-mereka yang dimaksud itu, begitu tergila-gila akan kehormatan. Menghormati mereka, sambil kehormatanmu tidak kau hiraukan adalah penghargaan paling biadab. Kecuali kau mau ikut menjilat.
Mereka bilang, kita harus berintegritas, jujur dan berlaku adil. Sementara mereka, ketika melihat yang jujur saja begitu ketakutan, hingga memanfaatkan kekuasaannya untuk memindahkan orang-orang jujur, orang-orang berintegritas, orang-orang yang berusaha berlaku adil untuk diri dan sesamanya.
Mereka bilang ini, mereka lakukan itu. Mereka bicara A, yang keluar adalah B. Mereka bilang bilang 1+1=2, tapi yang terjadi hasilnya belum tentu 2. Lucu? Iya, hidup memang selucu ini. Maka, tetaplah menjadi waras karena kau akan merasa gila bila tidak ikut-ikutan.
Comments
Post a Comment