Posts

Luka itu Sirna di Makam Mahaguru Puisi

Image
Saya mengenal 'Hujan Bulan Juni' dari Sapardi Djoko Damono. Sosok yang tidak pernah saya jumpai, bahkan dalam rupa buku. Saya mengenal 'Hujan Bulan Juni' lewat status-status yang berkeliaran di beranda Facebook, di story WhatsApp, di feed Instagram dan lewat utas pada Twitter. Sesekali, saya memastikan, bahwa 'Hujan Bulan Juni' itu memang milik Opa Sapardi melalui penelusuran Google. Singkatnya, saya mengagumi Opa Sapardi melalui puisinya.  Namun, tulisan ini bukan tentang beliau. Tulisan singkat ini, adalah kisah (mungkin refreksi pribadi) yang coba saya bagikan. Semoga ada yang baca😁 Sabtu, 3 April 2021. Saya baru saja bangun pagi saat teman saya mengirimkan pesan singkat yang diteruskan melalui pesan WhatsApp.  "Sudah lingsir," katanya. "Jumat Agung beliau puasa 3 hari, dan langsung drop, 2 hari lalu sempat nelpon, tanyakan kartu bpjs (padahal kartunya sudah dibawa). RIP: Umbu Wulang Rambu Paranggi." Mata saya belum benar-bena...

Sebab Cantik Itu Luka dan Luka-luka yang Lupa | Anggap saja Review Buku

Image
Mohon maaf, yang difoto tidak cantik Saya telah membaca buku ini hingga halaman 301. Kemudian, seseorang meminta saya untuk membuat review buku ini. Tentu saja setelah saya memberitahunya terlebih dahulu, bahwa saya sedang membaca buku Cantik Itu Luka. "Mantap. Setelah itu, kalau bisa dibuatkan reviewnya," katanya yang lantas tidak mampu saya tolak. Selain karena ini adalah sebuah tantangan, membaca buku ini di tengah semangat yang naik turun adalah pekerjaan yang cukup berat. Di tambah, waktu kuliah dulu, pekerjaan review buku tidak pernah membuat saya sesemangat ini. Sebab, seingat saya, tidak ada dosen yang memberikan tugas review buku. Berangkat dari alasan tersebut di atas, maka saya tidak tahu harus menulis apa tentang buku ini. Sebab, ketika saya membaca judulnya, saya telah mencoba menerka, bahwa isi dalam buku ini adalah tentang "cantik" dalam segi fisik. Namun, dugaan saya salah. Saya tidak tahu, bahwa "cantik" di sini adalah seorang ...

Mimpi yang Pernah

Image
Saya pernah bermimpi. Beberapa kali, beberapa hari. Berkali-kali. Mimpi yang sama, untuk orang yang sama.  Saya pernah bertemu. Di dunia nyata. Dalam waktu yang berbeda. Dua orang berbeda, bertemu pada kesempatan yang berbeda. Mimpi yang kemarin dan yang kemarin dan kemarin, telah dibayar lunas hari ini. Malam ini.  Ia kembali. Semoga ia tak kembali. Dalam mimpi. Tapi di dunia nyata. Yang nyatanya, ia belum kembali. Semoga. Terima kasih mimpi. Terima kasih nyata. Keduanya telah memberi detak pada nadi. Dan hati.  . . 📷: Pinggir Jalan Raya Sesetan, beberapa bulan setelah kita pernah di sana. Setelah mimpi, setelah nyata. . . Denpasar, 30 Mei 2021. Saat bertemu mimpi dalam kesempatan yang sengaja diatur.

Guoblok!!!

Mengapa seseorang tidak bisa berhenti merokok? "Adiktif." Mengapa seseorang tidak bisa berhenti minum kopi? "Adiktif." Mengapa saya tidak berhenti bermain media sosial padahal berkali-kali membuat janji untuk diri sendiri? "Adiktif." "Tidak! Itu bukan adiktif pada media sosial. Tapi pada seseorang." "Siapa? Bisakah ini sembuh?" "Seseorang yang membuatmu candu. Suatu saat, kau akan sembuh. Karena bila kau tak gila, kau akan candu." "Benar kata Karl Marx, cinta adalah candu." "Itu agama, guoblok!!!!" . . . Tambahan: "Dia yang tidak bisa kontrol diri baru cari kambing hitam," demikian komen seseorang menebak isi percakapan tak berguna itu. Sialnya, tebakan itu benar. . . . Denpasar, 04 Juni 2021. Ditulis atas nama candu yang merindu.

Catatan Seorang Buaya

Image
Buaya. Seekor reptil bertubuh besar yang hidup di air. Iya, hidup di air. Hanya hidup di air. Bilamana anda temukan buaya hidup di darat, itu namanya buaya darat.  Dulu. Dulu sekali buaya adalah hewan karnivora atau pemakan daging. Namun, sejak buaya naik ke darat dan berubah menjadi buaya darat, dikisahkan bahwa buaya tak lagi makan daging. Buaya-buaya masa kini telah merevolusi makanannya dari daging menjadi hati. Bila hatimu batu, anda tidak termasuk makanan buaya.  Orang-orang dulu mengatakan bahwa buaya ini berasal dari penyebutan orang Yunani ketika menyaksikan reptil yang kini melekat pada diri laki-laki itu di Sungai Nil. Kemudian menamakannya krokodilos yang secara harafiah, kroko, berarti ‘batu kerikil’, dan deilos yang berarti ‘cacing’ atau ‘orang’. Entah kenapa orang-orang dulu suka sekali memberi nama yang tidak masuk di akal orang-orang masa kini. Mungkin karena bila melihat buaya darat, mereka pantas dilempar dengan batu.  Namun, di luar dari te...

Mencumbu Aroma Kopi di Bibirmu

Image
Setelah Semesta menyakinkanku bahwa kau baik-baik saja, akhirnya aku bisa menjawab pertanyaan darimu. "Kau mau tulis apa tentang hari ini?" Aku bahkan tak tahu harus memulainya dari mana. Namun, keinginanku untuk mengabadikan senyummu dalam bingkai kata sudah kupikirkan sejak semula. Sejak beberapa gagal yang pernah ada, sejak tulisan-tulisan yang tak pernah kuselesaikan itu memanggilku lagi untuk menyebut namamu di dalamnya. Dan sejak kau akhirnya menepati kata-kata yang kau sebut itu sebagai janji. Aku ingin menuliskanmu di sini, di lubuk hati yang paling dalam, tempat di mana aku dicampakkan berulang-ulang. Di sana, namamu telah ada sebelumnya sebagai sosok yang dikagumi berkat isi pikiranmu yang menamparku tanpa sengaja. Lalu kemudian kubiarkan kau menjadi angan yang tak pernah terwujud.  Namun, tiba-tiba semuanya berubah. Kau berubah, aku berubah. Kita mengupayakan takdir kita agar tak sejalan dengan pikiran mereka-mereka yang menentang. Kita menerjang badai ...

Mencintai dan Membebaskan; Refleksi Cinta di Hari Valentine

Image
Saat menyelesaikan tulisan ini 5 hari yang lalu, saya belum tahu bahwa umur Erich Fromm lebih tua 5 tahun dari Jean Paul Sartre. Karena itu, yang awalnya tulisan ini berjudul "Dari Om Erich Fromm Hingga Opa Jean Paul Sartre, Hanya Mau Bilang Selamat Valentine" saya ganti seperti yang terbaca saat ini.  "Makanya sebelum taruh orang pung nama dan pilih judul, riset dulu!" begitu kata-kata yang saya terima dari seseorang. Tentu, dari kata-kata itu, apa yang saya butuhkan telah ia berikan.  Tulisan ini berangkat dari sebuah ajakan pada awal Februari lalu, ketika melihat quote Nietzshce yang mengatakan cinta adalah strategi licik menjerat kebebasan orang lain. Merasa bahwa ada yang salah dalam diri saya ketika sudah m̶a̶s̶u̶k̶ ̶u̶n̶t̶u̶k̶ menjerat kebebasan orang lain, saya lantas mengiyakan saja ajakan untuk menulis edisi valentine ini.  Dan, well.... Lupakan intermezzo tanpa emosi itu. Bila tak sepakat, kita sepaket saja. Banyak yang beranggapan bahwa perka...