Posts

Koenpan

Image
Koenpan. Ada yang menyebutnya Kota Karang. Ada pula yang menyebutnya Kota Kasih. Konon katanya, gugusan karanglah yang membuatnya dijuluki Kota Karang. Sedang Kota Kasih, karena memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Barangkali inilah sebabnya, tempat ini dijadikan kota sekaligus Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang, kata orang, Nusa Tinggi Toleransi sebagai kepanjangan lain dari akronim NTT. Sebuah narasi yang umumnya ada di kolom-kolom komentar media sosial, yang, tentu saja membentuk persepsi kita menjadi orang-orang baik.  Ya, kita memang hidup di provinsi penuh toleransi. Salah satu sebabnya, yang tidak banyak dibicarakan adalah karena kita enggan membaca hal-hal buruk, semacam 'demi nama baik' apapun itu tidak akan kita hiraukan. Kita tidak suka membaca diskriminasi mayoritas yang adalah kita terhadap minoritas. Kita tidak mau membaca kekacauan demi kekacauan yang sebabnya sederhana, beda suku. Kita pun tidak mau membaca betapa asyiknya aparat ketika b...

Perihal On Time

Image
Hari masih teramat pagi saat saya diantar bapak tiba di bandara. Sebagai orang yang pernah mengagungkan kata 'on time', saya mencoba menunjukkan lagi bahwa saya masih orang yang sama. Maka, tibalah saya di bandara lebih dari dua jam sebelum keberangkatan. Tentu, rasa kantuk harus ditahan.  Sambil menunggu masuk ke ruang tunggu, saya dan bapak masih duduk di luar. Sudah lebih dari satu jam kami di luaran. Sesekali mengobrol. Berkali-kali diam-diaman seperti orang yang sedang bermasalah. Namun, percayalah ini adalah potret bapak dan anak yang sering terjadi. Setidaknya, cocoklogi ini berdasarkan pengalaman sendiri, hampir setiap harinya. Jadi, tolong, jangan dibantah. Orang-orang menunggu di luar. Beberapa mondar-mandir menuju ruang check in untuk mengecek apakah sudah boleh masuk atau belum. Kami masih tetap di luar. Di samping kami, ada penjual yang menjajakan dagangannya. Kopi, salah satunya. "O nunna ngia pa-dhanggangu kopi ya," kata bapak membuka percak...

Menjadi Waras itu Gila

Image
Orang-orang berpikir bahwa aku adalah seorang pendiam. Mereka tidak tahu betapa berisiknya kata-kata yang bersemayam dalam pikiranku. Aku tahu, bahwa hidup di sekeliling orang-orang yang 'berisik' akan dicap berbeda ketika aku sendiri tidak suka bicara. Sebab, yang aku tahu, yang keluar dari kata-kata adalah kebohongan.  Mereka bilang, tidak baik bermain HP saat berbicara dengan orang lain. Sementara saat mereka bicara, mereka keasyikan mengepul asap yang keluar dari batang demi batang rokok. Mereka dengan percaya dan yakin bahwa kata-kata yang keluar dari mulut manisnya tidak sama buruknya dengan asap rokok yang mereka keluarkan.  Mereka bilang, tidak baik bila tidak menemui orang yang telah membantumu. Sementara yang membantu itu, sibuk mencitrakan diri baik di mata penguasa. Di mata orang-orang yang tidak tahu apa-apa, orang jenis itu adalah yang paling tulus yang hendak-akan membantu. Padahal, itu adalah tahi semua, demi terus menjilat pada yang kuasa. Mereka b...

UMKM (Usaha Menengah Kepada yang Menengah)

Image
Barangkali, di antara kita sudah tahu, bahwa UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Namun, pernahkah kamu? Ketika melihat berbagai festival yang mengatasnamakan UMKM, yang hadir malah para pelaku usaha menengah ke atas. Festival-festival yang melibatkan tenun ikat Sumba, misalnya.  Para pengrajin, yang adalah pengusaha mikro dan kecil, hampir tidak dilibatkan. Barangkali inilah alasannya dibalik para pengrajin tidak mendapatkan uang sebanyak penjual kedua-ketiga dan seterusnya. Lihat! Mereka yang tidak capek-capek menenun, adalah yang paling mendapatkan panenan yang melimpah.  Lantas, apa yang salah dengan itu? Mengapa pengrajin tenun yang mulai dari nol, penghasilannya tidak sebanyak penjual kedua-ketiga? Mengapa harga kain Tenun Ikat Sumba mahal-mahal? Menjawabi pertanyaan di atas, saya kira, kita bisa memulainya dengan price theory di mana para pelaku-pelaku ekonomi terkecil (konsumen, produsen, pemilik sumberdaya) dalam suatu perekonomian ...

Mencintaimu Bukanlah Pengakuan Dosa

Image
Pujian itu masih kupelihara. Ia masih ada, tersimpan bersama kekaguman yang nyata - seperti saat sedia kala, ketika hati menginginkan kehadiranmu. "Aku akan menua bersamamu," itu adalah janjiku, bukan hanya kuberikan padamu, tapi juga kepada usaha, niat yang kutanam dan terlebih pada hatiku.  Sejauh ini, aku telah berada di sini, di tempat paling dalam, tempat di mana hatiku kau kubur. Di tempat ini, egoku tak ada lagi. Ia telah mati, seiring bertumbuhnya rasa ini untukmu. Kuharap, ini akan bertahan selama yang kamu inginkan, sebab aku akan mempertahankannya, meski kelak kau kan mengusirku.  Pilihanku, bukan semata karena aku yang meminta, tapi juga turut serta dibumbui oleh doa dan keinginanmu. Maka, bersamamu, bukan semata untuk keindahan itu sendiri, tetapi juga bersama suka duka, yang kita carikan solusinya bersama.  Bukankah, bersama dengan orang yang paling kau sayangi adalah salah satu keindahan semesta yang tak bisa kau dustai? Dan itu membantu menyada...

Kakek Membaca Cerita Rakyat Sumba

Image
"I Rambu Kahi Kapuala," kata kakek saat membaca satu judul cerita rakyat Sumba dari bukunya bapa dosen, Retang Wohangara. "Nggarra wanna ka na kapuala, bhoku?"¹ "Bhe ma-pongu dhuya ni. Ma-pongu nda lu-langa ya."² Hari masih teramat pagi, saat saya menawarkan untuk membaca buku yang baru saja saya peroleh beberapa waktu lalu. "Ninya na mbuku na ma pa-hillu humbangu, bhoku,"³ kata saya saat kakek dan saya menikmati secangkir minuman penghangat berupa kopi dan teh untuk kami masing-masing. "Mbuhangu pa-mbaca ya?"⁴ Tanpa menunggu aba-aba darinya, saya lalu pergi mengambil buku yang saya maksud. Segel pertama buku ini dibuka oleh kakek. Sebab, saat mengambil buku ini di SMP Katolik Anda Luri, hingga pagi tadi, saya belum ada waktu untuk membuka segel buku ini, lalu membaca isinya. "Ai ku-ngandi ayaka latti na kaca mata-nggu kangiau," sesal kakek saat menerima buku ini.  Waktu saya mengambil buku ini di ibu kepsek SMP An...

untuk S(aya)

Image
📷: Screenshot dipinjam dari seseorang  Ini tulisan panjang ke sekian yang berhasil kutulis untukmu. Sebuah tulisan yang cukup berumur panjang, sebab ia bertahan di sini, hingga kau baca. Entahlah, kau benar-benar membacanya atau hanya sekadar lewat di beranda media sosialmu. Ah, bukan. Di status WhatsApp yang kau sering skip. Aku masih ingat, beberapa waktu lalu, aku sempat membaca penggalan puisi yang pernah kau buat untukku. Kata-katanya sama persis dengan yang pernah terkirim lewat Short Message Service, kala jaringan seluler hanya mengizinkanmu berkirim pesan lewat SMS. Geser sedikit mati, kata orang-orang membuat akronim sembarang dari GSM, tapi tidak demikian dengan hp senter yang selalu penuh dengan signal hingga membuatmu sempat-sempatnya berkirim puisi. "Jika nanti temu kita untuk seteru, maka biarkan itu menjadi candu  Percakapan kita adalah sayap bagi kupu-kupu yang bermain di antara tembok bisu Kelak, saat kita menjadi asing di bibir kota  Jangan ...