Paska atau Paskah?

Sejak abad ke-2, Paska/paskah merupakan perayaan Kristen yang paling penting. Peristiwa ini merupakan dasar, titik tolak, dan pusat iman Kristen. Keempat Injil dan seluruh kitab Perjanjian Baru mencatat terjadinya peristiwa Paska/paskah sebagai hari Kebangkitan Yesus dari kubur. Rasul Paulus pun menuliskan, "Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia jugalah kepercayaan kamu." (1Kor.15:14).

Kata ”Paska”(paskah) berasal dari kata Ibrani pesakh, kata kerja yang artinya “melewatkan” dengan makna “menyelamatkan” (Kel 12:13, 27, dst). Pesakh adalah sebuah perayaan keagamaan dalam sejarah Israel dimana mereka mengenang peristiwa lepasnya mereka dari perbudakan. 

Dalam hari raya tersebut umat Israel akan melakukan sebuah tradisi yang penuh makna. Salah satunya adalah memakan roti tidak beragi. Larangan ragi mau melambangkan sifat ketergesa-gesaan pada malam keberangkatan mereka keluar dari tanah Mesir. 

Tradisi yang lainnya adalah penyembelihan hewan kurban yang mengingatkan mereka bahwa Allah melewati rumah-rumah yang berlaburan darah. Pengorbanan hewan kurban inilah yang sangat dekat dengan makna kata pesakh. 

Kata pesakh tersebut mau menjelaskan sebuah peristiwa yang pernah dialami oleh bangsa Israel. Allah “melewati” rumah-rumah orang Israel yang sudah dilaburi darah dan membunuh anak-anak sulung orang-orang Mesir dalam peristiwa tulah terakhir yang Tuhan berikan untuk membuka jalan keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan di Mesir.

Lalu, mana penggunaan kata yang tepat, paska atau paskah?

Dalam aturan penyerapan ke dalam Bahasa Indonesia, penulisan kata disesuaikan dengan bunyi kata itu saat dilafalkan. Huruf "H" pada kata "pesakh" berdekatan/berhimpitan dengan huruf "K". Oleh karena itu, terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia yang lebih tepat adalah paskha. Kemudian seiring pelafalannya kata ”paskha” menjadi ”Paska”.

Mengapa huruf ”H” muncul dalam kata ”Paskah”?

Mungkin penambahan huruf "H" pada kata "paska" dikarenakan pelafalan kita orang Indonesia yang suka menambahkan huruf "H" pada kata-kata yang diakhiri huruf vokal "a-o", misalnya Sumba(h), Sepi(h), debu(h), kece(h), melongo(h), dll.

Dalam literatur lain, disebutkan bahwa kata "paskah" (dengan huruf "h") merupakan penulisan dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, penulisan akhir kata berbunyi (A) harus ditulis dengan tambahan huruf (H) misalnya, India(h), Eropa(h), Ugandha(h), sepedha(h), bola(h), Paska(h). Dalam membaca atau mengucapkan kata-kata tersebut.

Transliterasi kata “Paska” dalam bahasa Indonesia juga lebih cocok dan lebih dekat dengan istilah-istilah dalam bahasa asing lainnya: Pascha (Yunani), Pascua (Spanyol) , Pasqua (Italia) , Pâques (Perancis), Páscoa (Portugis), dan Paaske (Denmark). Karena itu, tidak keliru jika ada gereja atau lembaga yang menggunakan kata Paska sebagai terjemahan dari pesakh, karena justru lebih tepat. 

Jadi, mana yang benar paska atau paska?

Benar atau salah, tak perlu kita perdebatan. Sebab sesungguhnya bukan itu yang mau kita petik dari perayaan ini. Yang diperlukan dari kita adalah pemaknaan akan peristiwa paska atau paskah itu secara lebih mendalam. Paska atau Paskah menjadi tidak berarti ketika kita tidak lagi menghayati makna yang ada di dalamnya. Biarlah kebangkitan Tuhan menjadi refleksi dan panutan bagi kehidupan sehari-hari untuk selalu bersyukur dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik dalam pembaharuan iman dan kasih.

Karena itu, mari hayati Paskah atau Paska bukan dari katanya, tapi dari maknanya bagi kehidupan kita. "Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati. (Yohanes 11:25)

Selamat Hari Raya Paska(h).......

Yesus Kristus t'lah bangkit dan menebus kita dari dosa agar bisa memperoleh hidup kekal.

Comments

Popular posts from this blog

Buah Nahu, tapi Bukan Buah Sekarang

Menggali Akar Kekerasan Seksual di Waingapu: Normalisasi Konten Seksis di Media Sosial sebagai Pemicu yang Terabaikan?

NATAL TANPAMU (MAMA PAPA)