Posts

Berasnisasi, Berasnya Langka, Siapa Cari Sensasi?

Image
"Pulaunya terindah dunia, tetangganya punya lahan food estate, eh, berasnya susah dicari." Sebagai seorang anak yang lahir, besar dan kemudian nantinya akan mati di era berasnisasi yang sudah mengakar sejak order baru, saya mendapat dogma turun-temurun bahwa makan apapun, belum lengkap tanpa makan nasi. Dan, ya, saya merasakan itu belum lengkap karena setelah makan apapun, rasanya ada yang kurang kalau tidak makan nasi.  Minggu kemarin, mama bilang, "ambu ta manahu dhuppa uhu. Manahu ha yiadha bha dha karara." (Jangan masak nasi dulu. Masak ini sukun saja). Ini lantaran beras persediaan kami sudah habis. Di toko-toko tempat biasa kami membeli beras, juga tidak ada. Ke pasar yang jaraknya kurang lebih 12 kilometer, pun sukar ditemukan.  Pak polisi di group X bilang, ini sudah berlangsung 1-2 Minggu yang lalu. Ya, Tuhan. Seasyik ini jawaban seorang politisi. Sudah berminggu-minggu, masih dibiarkan saja. Maka pantas saja, seseorang dalam akun facebooknya me...

Kalau Cari Sensasi Bisa Bikin Viral, Mengapa Konten Mendidik Tidak?

Image
Pernah nggak, sih, kamu mikirnya gini? Kita kok suka banget protes pada konten-konten yang tidak mendidik yang mudah viral, sedangkan anak berprestasi malah sebaliknya. Kita protes sekaligus bingung kenapa orang-orang macam si Fajar Sadboy mudah diundang tampil dalam TV sedangkan Nono siswa berprestasi dunia karena menang lomba matematika internasional sudah seminggu berlalu, viralnya baru belakangan. Atau, kita bersungut-sungut ketika melihat personil Citayam Fashion Week yang begitu diagung-agungkan, sedangkan dua bersaudara Mischka dan Devon, peraih puluhan medali olimpiade matematika tidak banyak yang tahu.  Pada kesempatan lain, pernah nggak, sih, kita memuji-muji teman kita yang buat tulisan melankolis bin bucin, galau, penuh cinta dan lain sebagainya? Kita lalu memberinya semangat untuk terus berkarya. Misalnya ketika seorang dalam kenalan kita di media sosial membuat puisi penuh haru akibat putus cinta dan lain sebagainya, kita lalu mengapresiasinya.  Apa y...

Humba Menuju (bukan) Tana Marapu!?

Image
           Dok. Yudi Umbu Rawambaku  Humba Tana Marapu."  Sebagai orang Sumba, kita pasti pernah atau sering mendengar orang-orang yang berkata demikian, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Sebuah frasa yang menunjukkan kebanggaan pada tanah kelahiran, di mana dulunya memang benar-benar tanah para Marapu. Belakangan, frasa ini barangkali hanya menjadi frasa penghias seremonial ucapan-ucapan omong kosong kita. Semoga saja tidak demikian. Namun, dalam evaluasi tahunan Badan Pengurus Marapu, seperti yang saya kutip di status Instagram Ibu Pendeta Herlina Ratu Kenya, sekretaris Bappeda Sumba Timur menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah warga Marapu yang sangat signifikan hingga sekarang menurut catatan terakhir tahun 2021 tinggal 15 ribuan jiwa. "Padahal tahun 2016 saat saya mengumpulkan data untuk tulisan akhir saya di UKDW, jumlahnya masih 33 ribuan," kata ibu pendeta dalam status terbarunya tanggal 23 Januari 2023. "Maka, perta...

Damai, kok, Hanya pada Hari Natal?

Image
Selama perayaan Natal, kata apa yang paling sering kau dengar, selain ucapan selamat itu sendiri? "Giliran Natal baru gereja penuh." "Gereja ramai hanya ketika ada perayaan-perayaan besar." "Hanya napas (natal-paska) saja orang-orang rajin ke gereja." Saya sendiri sering dengar kata-kata yang kurang lebih seperti yang saya sebutkan di atas. Ya, kata-kata ini, selain datang dari mereka yang paling rajin ke gereja, juga datang dari kekecewaan. Karena apa? Mereka sendiri yang tahu jawabannya.  Sebagai antitesis 🤪 dari kata-kata yang sering saya dengar di atas, saya (sengaja) tidak menjadi rajin ke gereja para hari-hari raya tertentu. Tentu saja ini juga berlaku pada perayaan Natal bila mereka memakainya sebagai hari yang penuh kedamaian, penuh kasih, penuh kebahagiaan. Sebab, damai bagi saya mesti diupayakan setiap hari, bukan karena perayaan di hari-hari tertentu. Demikian juga dengan kasih dan kebahagiaan.  Paling tidak, Natal kali ini dan tahu...

Perempuan dalam 30%

Image
Satu di antara 29 ilmuan ini adalah seorang perempuan bernama Marie Curie  Ini adalah salah satu foto bersejarah yang diambil pada Solvay Conference 1927 di Brussel. Dari 29 orang tersebut, hanya ada satu orang perempuan. Dia adalah Marie Curie, seorang tokoh perempuan pertama yang dihadiahkan penghargaan Nobel dan juga satu-satunya  yang mendapatkan penghargaan bergengsi itu dua kali, yakni pada bidang Fisika tahun 1903 dan Kimia pada 1911. . Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh UNESCO Institute for Statistics (UIS), terdapat kurang dari 30% peneliti dunia yang adalah perempuan. Data UIS juga menunjukkan sejauh mana para perempuan ini bekerja di sektor publik, swasta atau akademik, serta bidang penelitian lainnya. Sejumlah penelitian menemukan bahwa perempuan yang berkecimpung di bidang STEM (Science, Technology, Engineering and Mathematics), memiliki kesenjangan yang berpengaruh pada pekerjaan mereka. Misalnya, peneliti perempuan dibayar lebih sedikit untuk ...

Saya dan Sebuah Usaha Menghafal Lirik Lagu

Image
Sejak tahun 2017, saya sudah sangat jarang mendengarkan musik lalu menghafal beberapa lagu. Akibatnya, saya jadi tidak tahu beberapa lagu yang sementara hits atau sekadar dinyanyikan teman karena lagunya asyik didengar. Seperti lagu-lagunya Tulus, misalnya. Atau, beberapa lagu pop lainnya.  Dan ya, saya menikmati itu. Saya menikmati saat-saat di mana di pikiran saya tidak ada lirik-lirik lagu yang terbang membayangi setiap langkah. Saya menikmati pikiran saya yang sangat-sangat kosong, tanpa sepenggal lirik lagu apapun. Namun, beberapa kali saya juga mendengarkan lagu-lagu yang viral (lagi). Hal ini karena saya dipengaruhi oleh Tiktok.  Lagu 'Tuhan Yesus Tidak Berubah," misalnya. Karena keasyikan dan keseringan saya mendengar lagu ini, di jalan saat bepergian, dalam kepala saya hanya ada lagu itu. "Tuhan Yesus tidak berubah Tidak berubah, tidak berubah Tuhan Yesus tidak berubah Tak berubah selama-lamanya."  Helm hampir jatuh saat salah mengambilnya, ...

Sebuah Pengakuan; Menunggu Bukan Dosa

Image
Pujian itu masih kupelihara. Ia masih ada, tersimpan bersama kekaguman yang nyata - seperti saat sedia kala, ketika hati menginginkan kehadiranmu. "Aku akan menua bersamamu," itu adalah janjiku, bukan hanya kuberikan padamu, tapi juga kepada usaha, niat yang kutanam dan terlebih pada hatiku.  Sejauh ini, aku telah berada di sini, di tempat paling dalam, tempat di mana hatiku kau kubur. Di tempat ini, egoku tak ada lagi. Ia telah mati, seiring bertumbuhnya rasa ini untukmu. Kuharap, ini akan bertahan selama yang kamu inginkan, sebab aku akan mempertahankannya, meski kelak kau kan mengusirku.  Pilihanku, bukan semata karena aku yang meminta, tapi juga turut serta dibumbui oleh doa dan keinginanmu. Maka, bersamamu, bukan semata untuk keindahan itu sendiri, tetapi juga bersama suka duka, yang kita carikan solusinya bersama.  Bukankah, bersama dengan orang yang paling kau sayangi adalah salah satu keindahan semesta yang tak bisa kau dustai? Dan itu membantu menyada...