Posts

Parfum Perempuan

Image
Pagi tadi, saya melihat teman kerja saya mengeluarkan parfum dari tasnya. Lalu, saya berinisiatif untuk memintanya. "Minta dulu saya pakai," kata saya. Tahu apa jawabannya? Tentu saja, ia berkata, "ini parfum perempuan, kk." Saya yang datang tanpa menggunakan parfum sejak lama, tetap kekeh memintanya. Semprotan pertama, rupanya harum juga. Dua, tiga, empat saya kira, saya menyemprotkan parfum itu sampai tujuh kali, seperti nomornya CR7.  Setelah saya memakai parfum itu, saya lalu bertanya-tanya dalam hati, benarkah ini parfum perempuan? Apakah parfum benar-benar memiliki jenis kelamin? Ataukah ini hanya hasil dari konstruksi sosial yang dibentuk oleh industri dan media? Waktu membalas jawaban teman saya itu tadi, sih, saya bilangnya begini, "tidak ada jenis kelaminnya ini parfum." Menurut teori feminisme, parfum tidak memiliki jenis kelamin secara inheren, melainkan dipengaruhi oleh norma-norma gender yang ada di masyarakat. Gender adalah peran...

Jika Uang Bukan Segalanya, Mengapa Segalanya Butuh Uang?

Image
Mari kita buka obrolan monoton kita dengan sepotong quote dari Arthur Schopenhauer, "uang adalah kebahagiaan manusia secara abstrak," untuk menjelaskan betapa saya yang tulis ini tidak bisa mendefinisikan kata uang, selain sebagai nilai tukar. Kalau ada yang bilang, "uang adalah alat, bukan tujuan. Uang dapat membantu kita memenuhi kebutuhan dan keinginan kita, tetapi uang tidak dapat memberi kita kebahagiaan dan makna hidup," percayalah, mereka-mereka itu adalah orang yang membutuhkan uang yang banyak, namun tidak kesampaian. Memang, uang adalah sarana, bukan akhir. Namun, makhluk aritmatika irasional bernama manusia, sangat membutuhkan uang; untuk makan, untuk sekolah, untuk berbelanja, untuk hidup. Segala sesuatu butuh uang, bukan? Termasuk bila kau mencintai dia dengan segala rayuanmu, "jika mencintaimu adalah dosa, maka izinkanlah aku berdosa selamanya," juga butuh uang. Sebab, kau tidak bisa makan itu cinta.  Salah satu teori yang dapat m...

Bagaimana Politisi Menipu Masyarakat hanya Bermodalkan Kesenangan?

Image
Salah satu tokoh paling berpengaruh dalam sejarah Yunani kuno, ialah Perikles, seorang negarawan, orator, dan jenderal Athena yang hidup pada abad ke-5 SM, sebuah masa di mana Athena berada pada zaman keemasannya. Ia berasal dari keluarga bangsawan yang memiliki hubungan dengan keluarga Alkmaionid, yang terlibat dalam reformasi politik di Athena. Ibunya, Agariste, bermimpi melahirkan seekor singa sebelum Perikles lahir, yang mungkin merupakan pertanda kebesaran atau keanehan bentuk kepalanya. Perikles dikenal sebagai orator yang ulung, yang mampu membujuk dan menggerakkan massa dengan kata-katanya. Lebih dari itu, ia bahkan memajukan demokrasi, seni, dan budaya Athena, serta memulai proyek pembangunan yang menghasilkan banyak monumen terkenal, seperti Parthenon di Akropolis.  Parthenon di Akropolis yang menjadi simbol kejayaan budaya dan peradaban Yunani kuno itu, rupanya adalah hasil dari memanfaatkan kekayaan dan kekuasaan kota. Perikles juga mengadakan festival-festi...

Tattoo-nya Orang Sumba

Image
Ini Tante saya, Ngana Ana Djawa, adiknya bapak. Pagi ini, ia datang di rumah untuk mengambil uang kiriman dari Bali. Setelah dapat, ia lalu memberinya pada bapak 50ribu. Lalu mengumpan, "jhakai tarima ngganji nyimmi, wangpa ndaku rasa aha."¹ Setelah berkata demikian, ia ketawa. Bapa juga ketawa. Mama yang mendengarnya juga ketawa. Demikian juga saya. Setelah Tante selesaikan urusannya dengan bapak, saya lalu memanggilnya duduk. "Mamu, yohu kadhi ku-potu kau."² Sambil memotretnya, saya bertanya, "ndaungu pirra u dhedhi, mamu?"³ "Eeee ndaku pi anya pa."⁴ "Ka na-tamu malaimu nggarra ya?"⁵ Tante menyebutkan nama lengkapnya. Persis seperti yang saya catat di aplikasi pencatatan keluarga untuk men-track data keluarga dari garis keturunannya bapak dan juga mama. Sambil berbincang-bincang, saya melihat tatto di lengan Tante. "Malla pa nammu ta ita ha dha katattu-mu, mamu,"⁶ pinta saya. Tante lalu menunjukkan satu per satu....

Muru Katiu Kambu

Image
Setelah diurut, selfie dulu😎 Malam kemarin, sekira pukul 22.13 WITA, saya sakit perut. Tiga kali bolak balik kamar kecil, rupanya masih belum cukup. Isi perut habis, tapi sakitnya tidak habis-habis. Setengah dua belas, saya sudah tidak sanggup menahannya. Mama yang tidur di ruang tengah, saya bangunkan. "Mama, mama, tolong urut dulu. Saya punya perut sakit." Mama terbangun. Tidak tahu harus berbuat apa. Bapa sementara di teras depan. Baru pulang dari rumah besar. Urusan adat.  "Sakit bagaimana?" tanya mama.  Bapa masuk ruang tengah, "itu toh, makan kalau dibilangin, makan. Angin masuk semua sudah di perut." Saya tidak sanggup membalas. Badan saya lemas. Saya sudah tidak bertenaga. Saya melihat bawang merah di atas meja. Bawang itu saya ambil. Lalu saya oleskan di perut, berharap agar bisa sembuh, seperti yang pernah orang-orang lakukan saat sakit perut. Rupanya, itu tidak membantu.  Beberapa menit kemudian, kakak saya datang. Mereka dari rumah besar. Sama...

Koenpan

Image
Koenpan. Ada yang menyebutnya Kota Karang. Ada pula yang menyebutnya Kota Kasih. Konon katanya, gugusan karanglah yang membuatnya dijuluki Kota Karang. Sedang Kota Kasih, karena memiliki tingkat toleransi yang tinggi. Barangkali inilah sebabnya, tempat ini dijadikan kota sekaligus Ibu Kota Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang, kata orang, Nusa Tinggi Toleransi sebagai kepanjangan lain dari akronim NTT. Sebuah narasi yang umumnya ada di kolom-kolom komentar media sosial, yang, tentu saja membentuk persepsi kita menjadi orang-orang baik.  Ya, kita memang hidup di provinsi penuh toleransi. Salah satu sebabnya, yang tidak banyak dibicarakan adalah karena kita enggan membaca hal-hal buruk, semacam 'demi nama baik' apapun itu tidak akan kita hiraukan. Kita tidak suka membaca diskriminasi mayoritas yang adalah kita terhadap minoritas. Kita tidak mau membaca kekacauan demi kekacauan yang sebabnya sederhana, beda suku. Kita pun tidak mau membaca betapa asyiknya aparat ketika b...

Perihal On Time

Image
Hari masih teramat pagi saat saya diantar bapak tiba di bandara. Sebagai orang yang pernah mengagungkan kata 'on time', saya mencoba menunjukkan lagi bahwa saya masih orang yang sama. Maka, tibalah saya di bandara lebih dari dua jam sebelum keberangkatan. Tentu, rasa kantuk harus ditahan.  Sambil menunggu masuk ke ruang tunggu, saya dan bapak masih duduk di luar. Sudah lebih dari satu jam kami di luaran. Sesekali mengobrol. Berkali-kali diam-diaman seperti orang yang sedang bermasalah. Namun, percayalah ini adalah potret bapak dan anak yang sering terjadi. Setidaknya, cocoklogi ini berdasarkan pengalaman sendiri, hampir setiap harinya. Jadi, tolong, jangan dibantah. Orang-orang menunggu di luar. Beberapa mondar-mandir menuju ruang check in untuk mengecek apakah sudah boleh masuk atau belum. Kami masih tetap di luar. Di samping kami, ada penjual yang menjajakan dagangannya. Kopi, salah satunya. "O nunna ngia pa-dhanggangu kopi ya," kata bapak membuka percak...